by admin | 28/06/2025 19:11
AYOSUROBOYO[1] | Surabaya – Langkah Iran menyatukan isu Gaza dengan perundingan gencatan senjata menciptakan tekanan baru terhadap Israel dan sekutunya. Pada 25 Juni 2025, Pemerintah Iran secara resmi menyatakan bahwa syarat utama gencatan senjata dengan Israel adalah penghentian total agresi terhadap Gaza.
Teheran menyatukan perlawanan Gaza tak bisa ditinggalkan dalam kesepakatan. Dalam pernyataan tegas yang disampaikan oleh Menlu Iran, Abbas Araghchi, dan ditegaskan kembali oleh Presiden Masoud Pezeshkian, Iran menyatakan tidak akan melanjutkan proses damai jika rakyat Palestina masih ditindas.
Serangan Israel menewaskan lebih dari 60 orang di Gaza, kata pejabat kesehatanIran menyebut perundingan gencatan senjata yang tidak menyertakan Palestina sebagai “Perdamaian palsu” dan menyerukan komunitas internasional untuk menekan Israel agar segera menghentikan operasi militer di Jalur Gaza.
Sementara, Israel belum juga menyetujui syarat dari Iran ini dan menyatakan bahwa konflik Gaza adalah urusan internal. Kendati demikian, AS bersikap netral namun mendorong solusi diplomatik regional lewat Qatar dan Mesir, tanpa memaksa Israel menerima syarat Iran.
Ketika dunia mengira gencatan senjata antara Iran dan Israel akan meredakan ketegangan kawasan tersebut, Iran justru menegaskan satu syarat penting yang tak bisa ditawar. Kami berdiri bersama rakyat Palestina, titik,” tegas Iran seperti dikutip Reuters.
Baca juga : Mengapa Syiah bisa ada di Iran[2]
Sementara itu, Pemerintah Israel hingga saat ini belum menyetujui syarat Iran. Israel secara tegas menolak menjadikan konflik Gaza sebagai bagian dari perjanjian tersebut.
Pejabat senior Israel menyatakan bahwa operasi militer di Gaza “bersifat domestik dan strategis,” dan tidak berkaitan langsung dengan konflik terbuka dengan Iran.
“Kami akan menilai Gaza berdasarkan kebijakan keamanan nasional, bukan karena tekanan luar,” ujar Juru Bicara Pemerintah Israel, Nadav Shragai, dalam pernyataan resminya.
Di sisi lain, Amerika Serikat mendorong dimulainya dialog gencatan menyeluruh termasuk Gaza namun tidak memiliki otoritas untuk memaksakan keputusan terhadap Israel.
Baca juga : Berbicara silsilah keluarga pemimpin Iran, Ali Khamenei.[3]
Presiden Donald Trump menyebut gencatan Iran–Israel sebagai “kemenangan taktis besar”, dan saat ini menginstruksikan tim diplomatnya untuk bekerja sama dengan Qatar dan Mesir dalam meredakan kekerasan di Gaza.
Namun Menlu AS Marco Rubio menegaskan: “Kami hanya fasilitator, bukan pengarah. Keputusan ada di tangan pemerintah Israel.”Ini adalah pesan politik yang kuat: Palestina bukan sekadar “isu pinggiran” dari konflik Timur Tengah.
Disisi yang lain “Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, menegaskan” Kami takkan biarkan perdamaian diplomatis terjadi sambil membiarkan genosida terus berlangsung.
Gaza menjadi titik kritis dalam gencatan senjata. Posisi Iran mengubah lanskap diplomatik. Teheran kini bermain di dua medan antara militer dan moral. Jika Israel tetap menolak dan AS tidak mampu menekan, maka eskalasi baru sangat mungkin muncul kembali dengan Palestina kali ini di pusat panggung, ujarnya.
Referensi Berita:
Reuters – “Iran tidak akan setuju untuk melakukan gencatan senjata kecuali Israel menghentikan serangan ke Gaza”
The Guardian – “Iran mengaitkan gencatan senjata dengan berakhirnya serangan di Gaza”
WSJ – “AS Lakukan Upaya Baru untuk Gencatan Senjata di Gaza, Berdasarkan Kesepakatan Iran”
FT – “Donald Trump, Benjamin Netanyahu dan Timur Tengah yang baru”
Source URL: https://www.ayosuroboyo.my.id/2025/06/28/semua-bersifat-oportunistik-dapatkah-netanyahu-berharap-lebih-lama-berkuasa-setelah-perang-12-hari-dengan-iran/
Copyright ©2025 AYOSUROBOYO unless otherwise noted.